Bersepeda susuri Pantai Nias
Afulu, Juli 2006.
Pagi ini, dengan sepeda pinjaman kami akan menyusur pantai. Kami akan mengambil data siswa di Faekuna’a. kami perkirakan butuh 4 jam menuju kesana. Pertama kami harus bersepeda ke Lauru Fadoro. Kami mendata ulang siswa siswi di sekolah ini lagi. Gedung SD disini sudah hancur sejak gempa Maret 2005. Saat ini siswa-siswi-nya, sebnayak 4 kelas, belajar di gereja yang ada di Kampung Lauru Fadoro dan dua kelas lainnya di sebuah tenda yang tidak layak dipakai lagi untuk belajar. Bisa dibayangkan betapa tidak nyamannya belajar dalam satu ruang yanag terdiri darai beberapa kelas ini.
Selesai disini Kami langsung menuju SD Turenamahesa. Disini kami hanya mempir mengambil data-data yang kurang saja, seperti SD Lauru Fadoro. Kondisi sekolah ini juga tidak jauh berbeda dengan Lauru Fadoro. Bedanya, siswa di Turenamehesa yang jumlahnya sedikit ini belajar dalam satu gedung yang bersekat-sekat. Tetap saja masih tidak kondusif karena sekatnya begitu tipis dan tidak rapat, sehingga suara dikelas sebelah akan terdengar. Siswa yang bersekolah disini sangat sedikit sekali. Tiap kelas tidak lebih dari 15 siswa. Jumlah ini masih lebih banyak daripada di SD Hilizoara. Untungnya, ketika kami mampir disana , gedung sekolah ini sedang diperbaiki.
Selesai di SD Ture, kami berangkat ke SD Sifaoroasi. Sekolah di Sifaoroasi masih lebih baik, disini para siswa bisa belajar dengan nyaman. Kerusakan di gedung SD ini tidak parah. Siswa disini sedikit lebih banyak dibanding di SD Ture.
Kami memacu sepeda dengan kecepatan penuh—karena diburu waktu. Hari hampir siang, kami bergegas ke SD Faekuna’a Untung saja sekolah masih belium sepi, jadi kami masih bisa melakukan pendataan. Siswa-siswi di SD ini jauh lebih banyak dibanding tiga sekolah sebelumnya.
Selesai mendata di SD ini kami menuju SMP Faekuna’a. jumlah siswa disini lebih sedkit dari pada di SMP Afulu. Faekuna’a berbatasan langsung dengan Alasa. Bila berjalan terus ke selatan kami bisa mencapai Sirombu. Tentu saja butuh nyali besar ketika kami disana, karena harus lewat kali Oyo yang banyak buaya.
Disini kami berbicara dengan Kepala Desa Faekuna’a—dia seorang tua berusia sekitar 50 tahun dan mulai serang penyakit. Bapak ini berbicara tentang LSM yang terlalu banyak memberi harapan tanpa bukti kepada orang-orang di Faekuna’a.
Seperti Ama Munandar, bapak ijni memiliki Kulkas dan menjual es. Jalan di Faekuna’a sering dilewati truk. Truk disini tidak akan melewati Fulu, melainkan ke Alasa. Jalan dari faekuna’a dengan Afulu tidak bisa dilewati kendaraan roda 4. jalan untuk mobil belum dibangun. Tidak heran daerah ini begitu tertinggal dari pembangunan.
T
No comments:
Post a Comment