Saturday, April 21, 2007

Harapan untuk Nias

kenangan Indah dan harapan untuk Bumi Manusia
5 Juli 2006, bersama 19 kawan saya dalam tim KKN WAJAR 9 tahun UNY tiba di Nias. saya bayangkan Nias seperti Pedalaman Kalimantan. Nyatanya Nias tidak se-udik yang saya bayangkan. Nias sudah mengalami modernisasi. produk coca cola sudah ada di pulau yang katanya terpencil ini. gempa telah luluh lantakan Nias. kerusakan kecil saya lihat di kantor Dinas Pendidikan Nasional Nias di Gunung Sitoli.
12 Juli 2006 tim kami sudah dipecah menjadi 3 tim. 6 orang di Alasa, 6 orang di Lahewa dan 8 orang di Afulu. saya termasuk 8 orang di Afulu.
sejak itu banyak hal yang menarik disini. ini bukan sebuah keterbelakangan buat saya. sangat wajar bagi saya bial banyak anak-anak di wilayah terpencil Nias yang belum bisa berbahasa Indonesia. satu hal yang menarik dari anak-anak itu adalah mereka begitu bersemangat berangkat ke sekolah. mereka selalu ceria sambil menenteng tas biru dari Unicef( bantuan pemerintah Cina/RRT). hanya saj sering dialami bocah-bocah itu adalah kekecewaan karena ternyata guru mereka tidak hadir di kelas. padahal bocah-bocah itu harus jalan kaki susur gunung, susur pantai juga lalui jalan setapak sepi namun masih hijau. sampai sekolah mereka harus masuk ke ruang kelas yang tentunya bukan ruang kelas normal seperti anak-anak SD di Jakarta, tetapi sebuah gedung reot bahkan sebuah tenda yang kondisi juga sudah memprihatinkan. satu hal yang saya sukai di sini adalah susur pantai. suatu kali saya menyusuri pantai sampai Faekuna'a untuk mendata anak usia sekolah. malangnya kami menemui bocah-bocah SD yang belum bisa berbahasa Indonesia. kami bingung. untung saja ada salah satu dari mereka yang mengerti bahasa Indonesia. selamatlah kami. data akhirnya didapat. sepulang dari susur pantai dengan sepeda itu kami menikmati pemandangan pantai dan ladang-ladang yang hijau. tidak lupa kami punguti kerang-kerang yang terdampar di pantai-pantai yang kami susuri.
"pantai disini sebenarnya Indah seperti Hawaii" kata kawan saya Mindiptono Akbar yang KKN di LAhewa. "memang" balas saya. ombak disini cukup menantang. tidak kalah dengan Bali. hanya saja disini sepi tidak seperti di Bali. bagi kami sebagian besar panorama di sini (Afulu) masih asri dan nyaris belum terjamah. ini baik untuk Nias dimasa depan.
memajukan Nias berarti harus memajukan pendidikannya. saya harap pemerintah kabupaten dan pusat (Jakarta). tim KKN Wajar UNY di NIas 2007 sudah memberi rekomendasi kepada pemerintah pusat. sebagai salah satu anggota tim KKN Wajar 9 tahun UNY yang ditempatkan di Afulu sangat berharap pemerintah mempertimbangkan rekomendasi kami tentang perbaikan kondisi pendidikan di Afulu juga di wilayah Nias yang lain. ada keingianan dari saya kembali menengok tempat KKN sejak 12 Juli-25 Agustus 2007 yang lalu untuk melihat adakah perubahan di Nias khusus nya di Afulu.
pembangunan jalan lintas Nias juga satu solusi menuju kemajuan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat Nias. konon dari laporan kontrolir Belanda bernama Visser yang bertugas di Nias sebelum Perang Dunia II menyatakan sudah ada jalan Lintas Nias walau hanya sebuah jalan setapak. kami pernah melintasinya dengan jalan kaki dan naik kereta (sepeda motor) maupun setengah berjalan kaki dari Lahewa ke Afulu yang berjarak 22 Km. ketika kami disana jalan Lahewa Afulu jalur atas(gunung) lewat onozalukhu sedang diaspal. jalur bawah (pantai), separuhnya belum teraspal.
dua bulan terlalu singkat. tidak banyak yang saya lakukan. hal yang masih terngiang bagi niatan mempelajari sejarah Nias. bagi saya ada beberapa hal yang bisa selamtkan Nias:
1. Bowomataluo dan desa lain yang menyimpan peninggalan asli nias.
2. pantai-pantai di nias yang kebanyakan belum terjamah.
untuk mengelola keduanya, hendaknya masyarakat Nias modern harus mau menggali kebudayaanya dan menjaga alamnya. kecendrungannya daerah wisata hampir selalu dihiasi kawasan kumuh yang hanyak bisa mengeksploitasi tanpa ada usaha pelestarian. perlua ada penanaman kearifan lokal bagi generasi nias sejak dini. ini penting sekali. banyak tempat di Indonesia melupakan hal ini. Nias memerlukan pendidikan yang berbasis kearifan loka bagi daerahnya sendiri. sebuah pendidikan yang memanusiakan. bagi saya Nias tidak butuh pendidikan yang hanya menghasilkan lulusan denga n nilai ijazah bagus. Nias membutuhkan putera puteri yang peduli dengan alam dan saudaranya. hal ini penting untuk mengimbangi masuknya modernisasi di Nias mendatang. di Kalimantan modernisasi telah menghancurkan hutan-hutan-nya yang menjadi paru-paru dunia itu. Nias boleh maju tapi nias juga harus arif.
inilah kesan dan saran saya setelah kunjungan saya ke Nias yang pertama pada juli sampai september 2006. besar harapan saya melihat Nias sebagai Bumi Manusia (Tana Niha)

No comments:

Blog Archive

Bumi Manusia

Bumi Manusia
Peta Nias